Baca juga: Teori Pembentukan Tata Surya
Sekedar informasi, planet yang ada saat ini berjumlah 8 dan masing-masing planet memiliki satelit yang berbeda untuk orbitnya. Tak hanya planet, benda angkasa lainnya adalah komet, asteroid, meteor dan sebagainya.
Ada banyak teori yang dikemukakan oleh para ahli terkait dengan tata Surya. Beberapa diantaranya adalah teori nebula, teori pasang surut, teori planetesimal, teori bintang kembar dan teori big bang. Salah satu teori yang terkenal dan banyak menarik perhatian masyarakat dan para peneliti adalah awan debu.
Pengertian Teori Awan Debu serta Kelemahannya
Teori yang terkenal ini diciptakan oleh Carl Von Weizsaeker pada tahun 1940. Kemudian di tahun 1959, Gerard P Kuiper menyempurnakan teori ini. Bagi Anda yang belum tahu, Teori awan debu pada dasarnya menjelaskan tentang tata Surya yang berasal dari gas dan gumpalan debu yang ada di luar angkasa.
Dalam teori tersebut, dijelaskan bahwa gumpalan di angkasa tersebut mengalami pemaparan sehingga partikelnya tertarik ke pusat lalu membentuk suatu gumpalan yang besar. Selanjutnya, boleh angkasa tersebut membentuk cakram di bagian tebal di tengah serta tipis di sisi tepinya.
Dalam Teori awan debu tersebut, partikel yang ada di bagian tengah saling menekan sampai akhirnya berpijar dan menimbulkan panas. Bagian tengah inilah yang dikenal sekarang ini dengan sebutan matahari. Sedangkan partikel yang ada diluar terpecah dengan cepat berpilin kemudian membeku dan membentuk olabet yang ada di angkasa.
Gerard menyebut teori ini dengan istilah awan debu akibat pemikiran dan pendapatnya yang menyebutkan bahwa tata surya berasal dari awan serta debu yang terpilin. Gerard juga berpendapat bahwa debu adalah awal galaksi terbentuk.
Baca juga: Planet Luar
Para peneliti menganggap bahwa alam semesta terbentuk pertama kali akibat dari adanya ledakan besar pada 13,7 milyar tahun yang lalu. Ledakan ini dikenal dengan sebutan big bang. Dukhan atau awan debu dalam ledakan tersebut mengandung hidrogen yang berasal dari proses kondensasi dukhan. Saat suhu Dukhan sudah mencapai angka 20 derajat, reaksi inti membentuk helium. Helium adalah reaksi inti dari sebagian atom hidrogen.
Selanjutnya, hidrogen mengalami perubahan menjadi pancaran sinar infra red. Sama halnya dengan teori tentang tata surya lain, Teori awan debu juga memiliki kelemahan atau kekurangan. Di bawah ini adalah beberapa kelemahan dari teori mengenai awan debu dalam sistem tata surya.
- Kelemahan yang pertama dari teori tentang awan debu adalah tidak adanya penjelasan terkait dengan alasan kenapa satelit berukuran lebih kecil pada akhirnya tidak tersedot planet lain ketika pilinan terjadi di luar cakram.
- Kelemahan selanjutnya adalah tidak dijelaskannya asal muasal dari debu awan yang dimaksud dalam teori.
- Dalam teori ini, tidak dijelaskan pula terkait dengan perbedaan arah putaran orbit dalam tata Surya yang dilalui beberapa planet.