Setelah material tersebut jatuh ke permukaan tanah biasanya akan terlitifikasi menjadi batuan ataupun lumpur. Istilah "debu vulkanik" dan "abu vulkanik" digunakan untuk material yang sama, namun "debu vulkanik" lebih tepat digunakan dalam mendefinisikan ukuran material berupa bubuk.
Sifat Abu Vulkanik
Secara visual, abu vulkanik terlihat seperti bubuk lunak. Tetapi hal itu salah, karena abu vulkanik sebenarnya terdiri atas material keras dengan kekerasan sekitar 5 skala mohs. Bentuk partikel abu vulkanik tidak teratur, tajam, dan pada bagian tepinya bergerigi.Dengan bentuk yang demikian, abu vulkanik akan menjadi bahan yang bersifat abrasif. Inilah mengapa partikel abu vulkanik mempunyai kemampuan untuk merusak jendela pesawat, mengiritasi mata, serta menyebabkann keausan pada peralatan yang aktif bergerak saat terkontaminasi abu vulkanik.
Gambar letusan abu vulkanik dan bentuk struktur partikelnya. |
Partikel abu vulkanik tidak larut dalam air. Ketika mereka menjadi basah maka akan membentuk bubur atau lumpur yang dapat membuat jalan raya dan landasan pacu pesawat menjadi licin. Setelah kering, abu vulkanik akan menjadi massa yang padat seperti beton.
Letusan Abu dan Kolom Abu
Beberapa magma mengandung sejumlah besar gas terlarut pada tekanan yang sangat tinggi. Ketika letusan terjadi gas-gas ini tiba-tiba dilepaskan dan akan menyebar dengan cepat, dan secepatnya keluar dari "ventilasi vulkanik" dengan membawa potongan-potongan magma kecil.Air tanah yang ada di dekat dapur magma akan bereaksi dengan magma dan membentuk uap. Proses inilah yang merupakan sumber terbentuknya partikel abu pada beberapa letusan. Besarnya suhu dan kecepatan gas melepaskan diri ke luar ventilasi vulkanik akan menghasilkan sebuah kolom letusan abu dan gas yang tinggi ke udara (lihat gambar diatas).
Hujan Abu Vulkanik
Setelah abu dilepaskan ke udara oleh sebuah letusan, angin memiliki kesempatan untuk memindahkannya. Bersamaan dengan turbulensi udara, angin akan mendistribusikan abu pada cakupan area yang luas. Awan abu yang dipindahkan oleh angin dikenal sebagai "bulu abu".Sebagian bulu-bulu abu bergerak menjauh dari gunung berapi sambil melepaskan diri dari gas-gas yang masih ikut bersamanya. Partikel abu yang besar akan jatuh lebih dahulu, sedangkan yang kecil akan tetap terbang di udara. Partikel yang jatuh inilah yang kemudian menghasilkan apa yang disebut sebagai hujan abu vulkanik. Deposit hujan abu ini umumnya tebal di dekat "ventilasi vulkanik" dan semakin jauh akan semakin menipis.
Dampak Abu Vulkanik Bagi Kesehatan Manusia
Orang yang terkena jatuhan abu vulkanik dapat menderita sejumlah masalah. Masalah pernapasan termasuk hidung dan tenggorokan, batuk, bronchitis, dan ketidaknyamanan saat bernapas. Namun ini dapat dikurangi dengan penggunaan masker debu dan menghindari sebisa mungkin kontak langsung dengan debu vulkanik.Selain itu, masalah kesehatan jangka panjang mungkin akan muncul termasuk perkembangan penyakit yang dikenal sebagai "silicosis" karena abu vulkanik memiliki kandungan silika yang signifikan. Pemerintah merekomendasikan jenis masker tertentu untuk mereka yang terkena dampak abu vulkanik. Siapa saja yang sudah menderita masalah seperti bronkitis, emfisema, atau asma harus menghindari kontak langsung dengan abu vulkanik.
Abu vulkanik kering dapat menempel di mata manusia. Sifat mata manusia yang lembab dan partikel abu yang sangat kecil dapat menyebabkan iritasi mata. Iritasi ini akan lebih parah pada orang-orang yang memakai kontak lensa. Beberapa iritasi kulit juga pernah dilaporkan terjadi pada orang-orang di daerah hujan abu vulkanik, namun dalam jumlah kasus dan tingkat keparahan yang rendah.
Dampak Abu Vulkanik Pada Keselamatan Transportasi Udara
Mesin jet modern memproses sejumlah besar udara dengan cara menarik udara dari bagian depan mesin dan membuangnya ke belakang. Jika abu vulkanik ditarik ke dalam mesin jet maka abu vulkanik akan terpanaskan sampai suhu yang lebih tinggi dari suhu leleh abu. Abu akan meleleh di mesin dan menghasilkan produk yang lengket, yang dapat membatasi aliran udara melewati mesin jet. Selain itu abu vulkanik juga dapat menambah bobot pesawat.Abu vulkanik di udara memiliki efek abrasif pada pesawat terbang yang bergerak ratusan kilometer per jam. Pada kecepatan ini, partikel abu bisa mengaburkan pandangan pilot bahkan menabrak jendela pesawat (sandblasting). "Sandblasting" juga dapat menghapus cat dan pit logam pada hidung dan tepi sayap pesawat serta merusak peralatan navigasi.
Di bandara, tanda-tanda navigasi di landasan pacu dapat tertutup abu. pesawat bisa kehilangan traksi saat mendarat ataupun lepas landas. Organisasi Penerbangan Sipil Internasional mengakui pentingnya memberikan informasi kepada pilot dan controlers lalu lintas udara tentang bahaya vulkanik.
Untuk melakukan itu, biasanya mereka bekerjasama dengan pemerintah setempat untuk membangun Pusat Pelayanan Informasi Abu Vulkanik. Hal ini sangat berguna untuk memantau aktivitas gunung berapi dan melaporkan "bulu abu" dalam area pengawasan mereka.
Selain dampak berbahaya terhadap kesehatan manusia dan pada keselamatan transporatsi udara, abu vulkanik juga dapat berdampak buruk terhadap transportasi darat, pertanian, bangunan/rumah, komunikasi, fasilitas pembangkit listrik, sistem penyediaan air minum, sistem air limbah, serta masih banyak lagi yang lainnya.
Perencanaan penanggulangan bahaya abu vulkanik sangat penting dilakukan, misalnya menata pemukiman dengan tidak membangun di daerah yang dekat dengan letusan abu, memberi informasi mengenai cara menghindari abu vulkanik yaitu melawan arah angin ketika letusan ataupun hujan abu terjadi, serta memberikan informasi tentang pentingnya pememakaian masker saat terjadi letusan abu.